Jumat, 26 November 2010

Dakwah dan kemajuan teknologi

Mahasiswa adalah aset utama suatu bangsa dimana mahasiswa memang diharapkan sebagai pelopor ide-ide segar yang mamapu memberi solusi terhadapat persoalan yang semakin lama semakin komplek, apalagi sebagai seorang mahasiswa islam ia dituntut harus mampu menyajikan islam ketengah-tengah masyarakat islam dengan kemasan yang baru dimana dakwah harus benar-benar mencapai sasaranya.
“Sampaikanlah, walau hanya satu ayat,” demikian ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya suatu ketika. Ujaran yang sangat terkenal tersebut berintikan ajakan kepada para penganut agama Islam untuk senantiasa menyempatkan diri untuk berdakwah dan berbagi pengetahuan bagi sesama, kapanpun dan dimanapun.
Sejalan dengan perkembangan teknologi yang mengakibatkan perubahan tata nilai dan budaya manusia ke arah tata kehidupan yang bersifat rasional dan fungsional, pemanfaatan media untuk menyampaikan pesan dakwah merupakan potensi penting dan langkah strategis yang harus mendapat perhatian proporsional. Jadi, sistematika dakwah konvensional yang sebelumnya sangat verbalistik, perlu perubahan paradigma seiring tumbuhnya media informasi ini.
Di satu sisi, kemajuan tersebut mendorong tumbuhnya ‘budaya baru’ bagi masyarakat dan bangsa kita untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Di sisi lain, perkembangan tersebut juga mendorong terjadinya ekspektasi dalam masyarakat terhadap nilai-nilai populer dan gaya hidup yang secara kultural tidak semuanya dapat diaplikasikan dalam konteks budaya nasional kita.
jika hal tersebut tidak segera mendapat perhatian yang cukup, dapat diduga bahwa suatu saat informasi kebajikan (dakwah) islam tidak akan efektif lagi karena derasnya informasi lain yang sering kali mereduksi informasi tentang nilai-nilai kebajikan islam, sehingga orang jauh lebih tertarik dengan hal-hal lain ketimbang sekedar mendengar dakwah islam.
Pada dasarnya, pesatnya perkembangan dunia pertelevisian dewasa ini merupakan fenomena yang sehat, selama sejalan dengan semangat mengembangkan sistem komunikasi yang relevan dengan globalisasi informasi dan komunikasi.


Namun perlu dicatat pula, pertumbuhan dunia pertelevisian seperti sekarang ini harus diwaspadai, karena menghadapkan kita pada perbagai tantangan besar di seluruh aspek kehidupan, baik ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun sistem pertahanan keamanan.
Islam sendiri tidak melarang penggunaan teknologi informasi sepanjang dapat meningkatkan produktivitas kesalehan sosial dan nilai dalam upaya pengabdian seorang hamba kepada kepada Tuhannya. Yang menjadi persoalan adalah, bahwa dampak negatif teknologi media seperti televisi yakni “lahirnya” nilai-nilai baru yang bertentangan dengan agama.
Berdakwah merupakan kewajiban setiap manusia, setiap orang dalam berbagai profesi bisa melaksanakan da’wah. Sebab berda’wah dapat dilakukan dalam multidemiensi kehidupan. Sebagaimana telah diketahui bahwa dakwah Islam tidak hanya bi al-lisan (dengan ungkapan/kata-kata), melainkan juga bi al-kitab (sengan tulis-menulis), bi at-tadbir (manajemen/pengorganisasian) dan bi al-hal (aksi sosial). Seorang da'i atau muballig yang baik tidak hanya menguasai materi dakwah, melainkan juga harus memahami budaya masyarakat yang menjadi sasaran dakwahnya. Hal itu akan mempermudah da'i dalam memilih kata dan menemukan metode apa yang harus digunakan. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Berbicaralah kepada manusia menurut kadar kecerdasan mereka.” (HR. Muslim).
Dan sesungguhnya potensi pemanfaatan teknologi semata-mata tergantung pada pandangan dan kreatifitas pengguna. Dan selama teknologi terus berkembang, pemanfaatan baru dan inovasi pemanfaatan pasti akan terus berlanjut. Jika pemafataan media teknologi yang begitu pesat perkembangannya dikmaksimalkan demi kepentingan dakwah akan memberikan pengaruh yang lebih luas kepada individu, sistem pendidikan, dan masyarakat insyallah.

Tidak ada komentar: