Kamis, 01 Maret 2012

Kita Dekat Dengan Bencana

Selasa, 28 Februari 2012 02:23

Sumatera Barat sangat rawan dengan bencana alam. Bencana di daerah ini datang silih berganti. Belum selesai lagi rehabilitasi kerusakan akibat musibah gempa, 30 September 2009 oleh pemerintah daerah dan pusat, bencana kembali lagi terjadi di berbagai daerah di Ranah Minang ini. Pada Rabu (22/2), terjadi galodo atau banjir bandang di Kecamatan Simpati, Kabupaten Pasaman. Tiga nagari di kecamatan itu disapu air bah bercampur batu, tanah dan pohon-pohon berukuran besar. Adalah Nagari Simpang, Nagari Alahan Mati, dan Nagari Kaciak yang diporak-porandakan oleh galodo tersebut.

Puluhan rumah rusak berat dan hanyut. Jalan pada sejumlah titik rusak berat dan putus. Lahan pertanian juga rusak berat. Masih untung tidak ada korban jiwa. Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) memperkirakan kerugian mencapai Rp115 miliar. Hingga kemarin, upaya penanganan dampak bencana di lokasi bencana masih berlangsung. Jalur transportasi belum lagi pulih. Belum tuntas penanganan bencana banjir bandang di Kecamatan Simpati, Kabupaten Pasaman, bencana serupa terjadi pula di kawasan Singkuang Jorong Tangah XX Nagari Padang Laweh Malalo Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar. Banjir bandang atau yang disebut juga dengan galodo di daerah ini terjadi pada Minggu (26/2) pulu 22.30 WIB. Peristiwa galodo berlangsung cepat, sekitar satu jam.

Banjir bandang yang menghantam Padang Laweh ini merusak dua rumah warga dan dua mushalla. Puluhan hektare sawah tertimbun tanah dan bebatuan. Jalan Singkuang juga ikut amblas, sehingga akses jalan menuju Singkuang terputus. Tidak ada korban jiwa dan luka-luka, tapi bencana itu membuat suplai air bersih jadi terputus, sebab pipa sambungan air bersih ikut patah diterjang banjir bandang. Sebanyak 11 kepala keluarga (KK) terpaksa mengungsi ke rumah sanak keluarganya, karena takut akan terjadi banjir bandang susulan. Hingga Senin (27/2), beberapa petugas Tim SAR dikerahkan untuk mengevakuasi warga dan barang-barang berharga milik warga. Namun satu unit alat berat yang dikerahkan belum bisa berbuat banyak, karena akses jalan yang rumit.

Terjadinya musibah banjir bandang di Pasaman dan di Tanah Datar semakin meyakinkan kepada kita, bahwa negeri kita ini memang rawan dengan bencana alam. Bencana alam bisa terjadi kapan saja dan di daerah mana saja. Sejak terjadinya musibah gempa 30 September 2009 di Padang dan wilayah pesisir pantai Sumatera Barat, orang-orang takut tinggal di kawasan pantai. Banyak orang yang selama ini berumah di kawasan pantai di Kota Padang, pindah ke daerah yang lebih tinggi seperti di daerah seberang jalan By Pass. Dampak dari itu, harga tanah dan bangunan di daerah by pass dan sekitarnya melonjak drastis. Sedangkan harga tanah dan bangunan di daerah pantai turun juah. Bahkan di dekat daerah-daerah pantai Kota Padang banyak rumah yang kosong, karena ditinggal pemilik. Ada juga sebagian orang yang pindah ke kota lain atau pulang ke kampung ke daerah asalnya, menyusul keluarnya kajian ilmuan yang memprediksi akan terjadi gempa dan tsunami dahsyat di Kota Padang.

Namun ketika orang-orang pindah dari kawasan pantai yang rawan gempa dan tsunami ke daerah ketinggian, ternyata juga tidak sepenuhnya aman. Musibah banjir bandang di Pasaman dan Tanah Datar sebagai buktinya. Selama ini orang sama sekali tidak pernah memperkirakan di wilayah tiga nagari Kecamatan Simpati Pasaman rawan banjir, tanah longsor atau banjir bandang. Namun nyatanya, peristiwa yang tak terduga tersebut justru datang memporak-porandakan wilayah tiga nagari tersebut. Kini pun Gunung Marapi sudah mulai batuk-batuk, mengeluarkan asap. Aktifitas Marapi fluktuatif. Kadang meningkat dan kadang turun lagi. Tak ada yang bisa memastikan apakah Marapi akan aman-aman saja atau justru sebaliknya. Masyarakat Sumbar mesti menyadari bahwa sesung­guhnya ancaman bencana alam ada di sekitar kita. Kapan saja bisa terjadi. Kita tak ubahnya seperti berteman dengan bencana.

Kita tak mungkin melawan bencana alam. Yang mungkin kita lakukan adalah upaya mitigasi bencana. Artinya kita bisa berupaya mengurangi dampak dari satu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. Menyebut mitigasi bencana sangatlah gampang. Tapi merealisasikannya tidak mudah. Perlu kesungguh-sungguhan dari semua pihak. Jika dievaluasi secara jujur, proyek-proyek mitigasi bencana gempa dan tsunami di Padang dan daerah pesisir lainnya di Sumbar masih jauh dari harapan. ***

Tidak ada komentar: