Minggu, 16 Januari 2011

Di balik kebebasan Pers Eropa

Menulis tentang kebebasan pers Eropa tidak berarti saya mempunyai pengetahuan luas tentang tema ini, saya hanya mencoba memenuhi permintaan bapak Huzain - koordinator Merdeka, untuk menulis tema ini sebagai lanjutan dari tulisan saya yang berjudul: “Islam, masih bermakna damai?” dan mencoba mengambil analisis tentang salah satu insiden besar di jaman ini.
Mungkin saya dan rekan lainnya yang kebetulan tinggal di sini (yang akan segera bergabung dengan Merdeka, masih dirahasiakan) mencoba menjadi koresponsal Merdeka dan memberikan pandangan berbeda bagi media berita di Indonesia- khususnya di Internet, melalui blog pribadi ini.
Pertanyaannya kenapa sebagian surat kabar-surat kabar di benua ini berani mempublikasikan gambar kartun Muhammad yang kontroversial itu setelah tahu reaksi keras umat Islam sedunia?
Sedangkan di Amerika Serikat, kebanyakan media massa memilih untuk tidak mempublikasikan karikatur tersebut. Sebagian mempublikasikan untuk memberi penjelasan pada masyarakat kenapa insiden ini bisa terjadi.
Ada beberapa jawaban yang saya akan coba tampilkan di sini:
1. Ketidaktahuan tentang Islam, adanya larangan menggambar nabi dan Tuhan kita supaya pengidolaan terhadap gambar, patung dan sebagainya oleh umat Islam dihindari.
2. Sikap bersikeras sebagian pers Eropa dalam pernyataan mereka tentang kebebasan pers dan pers yang independen.
3. Situasi politik, situasi dunia yang masih dipengaruhi oleh terrorisme internasional, situasi kekerasan di berbagai negara bermayoritas muslim seperti di Irak, Palestina dan Afghanistan.
4. Tidak adanya antisipasi terhadap reaksi keras umat Islam.
________________________________________________________
Beberapa partai politik di Uni Eropa pernah mengeluarkan pernyataan bahwa akar dari Eropa adalah Kristianisme. Untuk itu tidak mudah bagi Turki masuk ke dalam Uni Eropa dikarenakan beberapa pendapat yang menentang masuknya “Islam” ke badan pemerintahan ini.
Yang menganggap bahwa akar dari Eropa adalah kristianisme mencoba untuk memurnikan Eropa dengan menghalau masuknya pengaruh-pengaruh dari Islam.
Mengapa? mungkin dikarenakan observasi mereka terhadap apa yang terjadi di negara-negara bermayoritas Islam. Seperti di Afghanistan misalnya, di mana para perempuan dilarang keluar rumah tanpa kawalan suami atau laki-laki dari pihak keluarga, pakaian yang wajib dipakai yang menutupi seluruh tubuhnya (burka, cadar), hukuman rajam, dan seterusnya.
Dan lagi, yang terjadi di negara-negara ini adalah pencampuradukkan norma-norma agama dengan budaya setempat yang makin membuat gambaran Islam sebagai agama yang represif.
Hal-hal yang disebutkan di atas, bagi mereka adalah keterbelakangan, perendahan terhadap perempuan; hak asasi manusia - yang sudah jelas tidak dapat dibenarkan keberadaannya.
Eropa sebagai negara-negara yang mengaku telah beradab dan maju, tidak ingin pengaruh-pengaruh walaupun sekecil apapun dari (gambaran salah) Islam masuk ke negaranya terutama jika Turki berhasil bersatu ke dalam UE.
Selain dari rasa eropanisme yang mereka bangga-banggakan, ketidaktahuan mereka tentang Islam, di mana ada larangan keras menggambar Nabi dan Tuhan.
Sedangkan dalam agama Katolik sendiri, kebiasaan menggambar dan membuat patung sendiri sudah berlangsung beradab-abad lamanya. Jadi, kenapa kok kartun (bukan gambar hasil dari kenyataan, hanya imajinasi penggambar) Nabi Muhammad bisa sampai membuat kerusuhan pada umat Islam di seluruh penjuru dunia?
Bagi saya pribadi, gambar kartun itu sendiri tidak penting. Di sini sudah biasa mentertawakan Jesus, politikus, Tuhan, dalam karikatur. Tidak ada yang merasa terhina, karena itu hanya merupakan gambar kartun semata.
Namun tentu yang paling berbahaya dari kartun ini adalah gambar dari sorban nabi tersebut yang berbentuk bom.
Saya tidak tahu jelasnya bagaimana pendapat dari saudara-saudara kita yang berada di Libanon, Syria, Palestina, Indonesia, Iran, Pakistan dan Afghanistan, disebabkan apa kemarahan mereka? penggambaran kartun nabi itu sendiri atau penghubungan nabi dengan terroris? atau keduanya?
Sepanjang keberadaan kedua agama terpenting di dunia ini, Islam dan Kristen, selalu ada sentimen, rasa benci di antara ke dua pemeluk agama tersebut. Ini kenyataan yang ada.
Di dalam debat-debat pun ketika masing-masing pihak sudah mentok yang kristen akan mengambil frase “Muhammad banyak istrinya, istrinya Muhammad anak kecil”, dan yang Islam mengambil frase macam “Tuhanmu dibunuh kok diem aja? ngga bisa menyelamatkan diri?”, dan seterusnya…akhirnya debat pun berakhir dengan dihapusnya anggota-anggota tersebut oleh moderator, tanpa bisa mencapai kebenaran sebagai tujuan utama perdebatan.
Kembali pada tema ini lagi. Saya pikir, orang-orang Eropa yang memeluk agama Kristen (sebagian tidak mempraktekkannya) dan sebagian besar lain atheis, tidak merasa bahwa gambar kartun bisa sampai menyulut kemarahan umat Islam. Mungkin karena kebiasaan mereka yang kadang mentertawakan diri sendiri, ironisme, dan kultur keterbukaan.
Selain bisa saja hari ini menggambar Muhammad, di kesempatan lain mereka bisa menggambar Bhuda, Yesus - untuk lucu-lucuan…
Salah satu kesalahan si kartunis bagi saya pribadi adalah menghubungkan umat Islam (nabi Muhammad) dengan bom dan terrorisme.
Kesalahan pemimpin surat kabar itu sendiri, menerbitkan kartun yang hanya akan memprovokasi dan menghina penganut suatu agama, dan ia “lupa” menggunakan “common sense” (pikiran sehat) dalam pekerjaannya sebagai penjual berita.
Ke dua, reaksi surat kabar-surat kabar lainnya di berbagai negara selain Denmark (Spanyol, Italy, Perancis, Bulgaria,etc.) sebagai konfirmasi dari pemikiran mereka tentang “kebebasan berekspresi, kebebasan pers” tidak pada tempatnya.
Entah ini sebagai pernyataan rasa tidak takut terhadap kemarahan umat Islam, provokasi, rasa antipati terhadap Islam, entahlah…saya sendiri tidak mengerti.
Hanya Inggris yang kali ini membela umat Islam dengan menyatakan bahwa karikatur tersebut telah menghina kita.
Ketiga situasi politik di negara-negara bermayoritas muslim.
Yang terakhir tantangan Iran yang bersikeras dengan program energi nuklir di negaranya yang telah ditentang oleh, AS dan sekutunya. Juga pernyataan presiden Iran tentang Holocaust Yahudi yang katanya hanya sebuah mitos, pernyataannya bahwa Iran siap untuk menghancurkan Israel.
Situasi di Palestina dengan menangnya Hamas dalam pemilihan umum pertama yang di selenggarakan di wilayah Palestina. Ini membuat UE memberi ultimatum penghentian bantuan ekonominya terhadap Palestina karena Hamas dianggap sebagai grup terroris internasional.
Situasi di Irak, penculikan bahkan kadang pembunuhan terhadap warga-warga asing oleh grup terroris.
Pembakaran mobil-mobil oleh imigran dari Afrika utara di Paris.
Dan masih banyak lainnya.
Kejadian, peristiwa dan pernyataan-pernyaatan dari negara-negara bermayoritas muslim ini telah membentuk opini, bukan saja bagi para pemerintah Eropa, namun juga pada masyarakatnya - terhadap “image” Islam yang seringkali terlihat keras, kasar dan kejam.
Dan, dan saya tekankan….dari pihak kita sendiri, belum ada unjuk gigi dengan beraktuasi dengan cara sebaliknya.
Saya tidak tahu kenapa, misalnya di Palestina, Libanon, merayakan kemenangan misalnya suatu partai politik, kok malah menembakkan peluru ke udara? Bahkan perayaan pernikahan kerap dibumbui oleh penembakkan peluru ke udara (di mana suatu hari di Irak, karena hal ini, tentara AS mengira bahwa mereka adalah musuh, sehingga bom dijatuhkan di rumah orang yang sedang merayakan pesta tersebut, Masya Allah).
Saya masih tidak bisa mengkaitkan “perdamaian dan kegembiraan” dengan “peluru2 dan senapan”.
Oh ya, opini masyarakat Eropa, juga terjadi di Australia (saya lupa di mana saya membaca, seorang wartawati Australia yang memakai jilbab untuk melihat reaksi masyarakat sekitar. Hasilnya ia mendapat rekriminasi, diskriminasi, dan dipandang sebelah mata).
Ada satu hal lagi yang sering saya ingatkan pada kawan-kawan di Indonesia, “memang gampang menjadi muslim di negara yang bermayoritas muslim, kamu tidak peduli image Islam di luar. Mereka sering bersikukuh bahwa apapun yang terjadi, Islam adalah agama yang paling benar dan hal ini hanya mengarah pada intoleransi”.
Saya pikir, sebagai umat yang dewasa, kita juga harus berani melihat borok dan kekurangan diri kita sendiri.
Keempat, tidak ada bayangan dari pers Eropa bahwa gambar kartun tersebut akan menyulut kemarahan umat Islam.
Terlintas di pikiran saya, apakah mereka mengharapkan reaksi kita reaksi umat yang dewasa dan beradab?
Jika kita memang marah, pemerintah suatu negara tetap mempunyai KEWAJIBAN melindungi kedutaan besar (dalam hal ini) Denmark dari kekerasan dan kerusakan yang diperbuat oleh para demonstran.
Bahkan polisi harus bisa mencegah masuknya para demonstran itu ke dalam wilayah kedutaan (yang bukan wilayah Indonesia - i.e.). Sehingga masuk secara paksa ke dalam kedutaan asing berarti memasuki wilayah negara lain tanpa izin dan ini bisa berakibat fatal pada hubungan kedua negara tersebut.
Orang-orang barat biasanya berdemonstrasi secara damai. Dengan pamflet, boleh berteriak-teriak, boleh berdiam diri, maupun berjalan kaki, tidak merusak.
Jadi mungkin inikah yang diharapkan orang-orang yang telah mempublikasikan gambar tsb.? atau memang mereka memang tidak menyangka sebegitu besarnya kemarahan yang meletup di kalangan umat Islam?
Dalam salah satu pamflet di Surabaya, ada yang bertuliskan “vonis hukuman mati bagi yang menghina Muhammad”.
Atau gambar PM Denmark yang lehernya sedang digorok oleh pisau di Jakarta.
Mungkin juga reaksi marah yang kolektif ini telah dipicu oleh seseorang atau suatu kelompok. Dan reaksi marah pada tiap orang pun berbeda-beda. Dan juga, apakah reaksi yang bagi saya “berlebihan” ini merupakan akumulasi dari kemarahan umat terhadap penyerangan terhadap Islam oleh barat?

Tidak ada komentar: