Selasa, 29 November 2011 02:56
POLEMIK JIL
PADANG, HALUAN—Terkait pemberitaan sepekan terakhir yang mengaitkan IAIN Imam Bonjol Padang dengan Jaringan Islam Liberal membuat Rektor IAIN IB Makmur Syarif, Rektor angkat bicara.
Sebelumnya, Selasa (22/11) lalu, Komunistas Epistemik Muslim Indonesia (KEMI) menggelar diskusi bedah buku Pembaruan Pemikiran Islam Indonesia di Aula Fakultas Dakwah, dengan menghadirkan pembicara Moqsith Gazali, salah seorang pentolan tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL).
“Acara bedah buku hanya sebuah diskusi menambah ilmu pengetahuan dan memberikan wacana baru di lingkungan kampus. Di samping itu, keterbukaan sangat diperlukan dalam mengembangkan khazanah pemikiran Islam. Tanpa diskusi ilmiah, ilmu pengetahuan tidak akan berkembang. Terlepas dari pro kontranya, masyarakatlah yang akan menilai,” kata Makmur Syarif kepada Haluan, Senin (28/11).
Ia menjelaskan, tidak ada maksud untuk menjadikan IAIN IB menjadi kampus yang liberal.
“Saya memahami tidak ada istilah liberal, Islam itu satu. Keberagaman cara pandanglah yang membuat sepertinya terjadi perbedaan dalam dunia Islam. Kemerdekaan berpikir sangat dituntut dalam mencerdaskan generasi muda Islam ke depan,” katanya.
Makmur Syarif menambahkan, permasalahan utama yang dialami umat Islam saat ini adalah terlalu fanatik dengan kelompok. Sehingga, sering memonis segala sesuatu itu berdasarkan dengan asumsi dasar pemikiran. Akibatnya, apabila sebuah pemikiran baru datang, beramai-ramai menolaknya. “Padahal belum tentu sesuatu yang baru tersebut salah, bahkan bisa saja gagasan baru tersebutlah yang akan membawa kepada kemajuan.”
Sementara itu, Makmur Syarif menilai tulisan Fachrul Rasyid yang terbit di Refleksi Sabtu (26/11) di Haluan, hanya sebagai sebuah pendapat yang tidak komprehensif. Persepsi itu hanya dibangun dari satu sudut pandang, dan hanya mengambil beberapa kasus, kemudian diangkat dan dijadikan generalisir. Sebagai seorang alumni IAIN IB Fakultas Adab, Makmur Syarif menghargai pendapat Fachrul Rasyid.
“Saya menghargai pendapatnya, mungkin saja ia bermaksud menjaga IAIN IB, tetapi saya menilai pendapat yang ia tulis seperti itu cenderung mendiskreditkan dan tidak komprehensif,” kata Makmur.Menurutnya menjadikan IAIN sebagai UIN merupakan sebuah cita-cita yang harus diwujudkan. Dengan diintegrasikannya pendididkan agama dengan umum, keselarasan pendidikan akan terjadi. Sudah banyak bukti yang memperlihatkan diubahnya IAIN menjadi UIN akan memperoleh sebuah kemajuan.
“Kita tidak perlu terjebak dengan opini yang dikembangkan oleh sebelah pihak. Mari kita berkerja sama, dan mendukung setiap program yang akan memajukan IAIN Imam Bonjol Padang,” imbuhnya.(h/yat)
Selasa, 29 November 2011
JADIKAN 1 MUHARAM MOMEN PERBAIKAN DIRI
Senin, 28 November 2011 02:25
AMRI MANSYUR
“Tahun baru Hijriah merupakan moment yang perlu dimanfaatkan umat islam untuk memperoleh rido Allah dalam menempuh kehidupan,” kata Amri Mansyur pembantu Rektor Tiga Universitas Baiturrahmah Padang kepada Haluan, Jum’at (26/11) lalu.
Di samping sebagai dokter gigi, Amri Mansyur juga aktif dalam dunia dakwah di Sumatera Barat. Nuraninya tergerak karena melihat realitas masyarakat Islam, yang sudah tidak lagi mencerminkan sebagai khirul ummah (umat yang terbaik).
“Umat Islam menjadi khuirul ummah berabad abad lamamnya, dari zaman Rasullah hingga Khilafah Usmanih pada tahun 1924. Kemulian itu didapat karena umat ini ta’at kepada perintah Allah, dan kehidupannya diatur melalui ajaran Islam, sebebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran 103 yang artinya, Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk,” ungkap Amri Mansyur.
Baginya, pergantian tahun bukanlah hal yang mesti dirayakan. Tetapi, bagaimana seharusnya menyikapi pergantian tahun demi tahun tersebut. Dalam pandangannya, sudah selayaknya umat Islam sadar bahwa kita sekarang berada dalam perang pemikiran (ghozul fikri).
Tidak sedikit dari kita yang kalah dari pertempuran pemikiran itu. Buktinya, telah banyak dari kalangan cendikiawan kita memilih cara pandang barat dalam berfikir, dan menjalani hidup. “Bukan kita anti barat, tetapi ada hal-hal tidak bisa dicampurdukkan. Perkembangan ilmu pengetahuan sience bisa diambil. Tetapi, cara pandang kehidupan, berprilaku, berpakaian, tidak bisa diterima karena ia adalah buah paradapan dan ideologi yang bertentangan dengan akidah,” katanya.
Amri menambahkan, Malalui 1 muharram, mari kita bersama-sama menginstropeksi diri, jika tidak Allah akan menimpakan azab kepada kita, dan mengganti kita dengan umat yang lain. Selain aktif dalam dunia pendidikan, buya Abi mansur sekarang aktif di Front Masyarakat Pembela Islam (FMPI).(h/yat)
AMRI MANSYUR
“Tahun baru Hijriah merupakan moment yang perlu dimanfaatkan umat islam untuk memperoleh rido Allah dalam menempuh kehidupan,” kata Amri Mansyur pembantu Rektor Tiga Universitas Baiturrahmah Padang kepada Haluan, Jum’at (26/11) lalu.
Di samping sebagai dokter gigi, Amri Mansyur juga aktif dalam dunia dakwah di Sumatera Barat. Nuraninya tergerak karena melihat realitas masyarakat Islam, yang sudah tidak lagi mencerminkan sebagai khirul ummah (umat yang terbaik).
“Umat Islam menjadi khuirul ummah berabad abad lamamnya, dari zaman Rasullah hingga Khilafah Usmanih pada tahun 1924. Kemulian itu didapat karena umat ini ta’at kepada perintah Allah, dan kehidupannya diatur melalui ajaran Islam, sebebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran 103 yang artinya, Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk,” ungkap Amri Mansyur.
Baginya, pergantian tahun bukanlah hal yang mesti dirayakan. Tetapi, bagaimana seharusnya menyikapi pergantian tahun demi tahun tersebut. Dalam pandangannya, sudah selayaknya umat Islam sadar bahwa kita sekarang berada dalam perang pemikiran (ghozul fikri).
Tidak sedikit dari kita yang kalah dari pertempuran pemikiran itu. Buktinya, telah banyak dari kalangan cendikiawan kita memilih cara pandang barat dalam berfikir, dan menjalani hidup. “Bukan kita anti barat, tetapi ada hal-hal tidak bisa dicampurdukkan. Perkembangan ilmu pengetahuan sience bisa diambil. Tetapi, cara pandang kehidupan, berprilaku, berpakaian, tidak bisa diterima karena ia adalah buah paradapan dan ideologi yang bertentangan dengan akidah,” katanya.
Amri menambahkan, Malalui 1 muharram, mari kita bersama-sama menginstropeksi diri, jika tidak Allah akan menimpakan azab kepada kita, dan mengganti kita dengan umat yang lain. Selain aktif dalam dunia pendidikan, buya Abi mansur sekarang aktif di Front Masyarakat Pembela Islam (FMPI).(h/yat)
Kamis, 24 November 2011
IAIN IB DIJAMAH JIL
Rabu, 23 November 2011 03:49
BEDAH BUKU KEMI
PADANG HALUAN — Bedah buku yang diselenggarakan Komunitas Epistemik Muslim Indonesia (KEMI), di aula Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang, Selasa (22/11), berjalan menarik, dan mengundang banyak komentar dari pihak civitas akdemika IAIN Sendiri, maupun dari luar lingkungnan kampus.
Acara dapat menyedot masa yang cukup banyak. Karena menghadirkan Moqsith Ghazali, yang dikenal sebagai tokoh Jaringan Islam Liberal, tampil sebagai pemateri tunggal.
Muqsith Gahazali menjelaskan, kelemahan umat Islam saat ini selalu mengaitkan apapun dengan masa lalu. Ia berpendapat, mulai menjamurnya gerakan-gerakan konservatif dalam beragama, akan menyebakan umat mengalami kemunduran kerena sifat jumud dalam beragama. Contohnya, penegakan agama menjadi dasar bernegara.
Salah seorang aktivis mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN IB, Adi kurniawan berpedapat, leberalisasi akan menjadikan agama tidak sakral lagi. Kebenaran Islam akan menjadi relatif, hal tersebut akan menimbulkan kebimbangan dalam beragama.
Dia menambahkan, memahami Alquran dengan cara pandang liberal, akan memasung agama Islam menjadi sekedar informasi kajian intelektual, yang tidak perlu ada komitmen terhadapnya. Padahal, agama Islam merupakan sebuah ajaran yang komplek, dan harus diterapkan dalam kehidupan umat. Baik secara individu maupun dalam bernegara, seperti yang dicontohkan Rasulullah.
Dekan Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang,Alkhendra turut hadir Dalam pertemuan mengatakan, setiap orang bisa-bisa saja berpendapat, tetapi jangan sampai sebuah kayakinan yang kita pahami malah menambah kebingungan di tengah-tengah umat.
“Masyarakat kita sekarang ini butuh kesejahteraan, terlepas dari kemiskinan, bukan teori-teori yang masih mengawang. “Supaya tidak terjadi pertentangan yang lebih mendalam antara pihak JIL, dengan kelompok yang dimaksudkan konservatif dalam beragama itu, ada baiknya kita saling berempati satu sama lain,” katanya.
Semetara itu, Irfianda Abidin ketua Komite Penegakan Syari’at Islam Sumbar, menyayangkan kedatangan pentolan Jaringan Islam Liberal tersebut di IAIN Imam Bonjol Padang.
Dikatakannya, umat Islam pada saat ini memang hendak diliberalkan dalam seluruh aspek kehidupan. Mulai dari keyakinan, berprilaku dan berfikir. Target utamanya adalah menyebarluaskan ideologi sekuler kapitalis.
Akktor liberal cukup beragam, mulai dari kalangan itelektual yang belajar di dunia barat, para pejabat di birokrasi, bahkan ada dari kalangan guru agama. Gerombolan liberal juga menyerang ide-ide tentang penegakan Syariat Islam. Mereka mengambarkan kepada masyarakat, syariat Islam itu merupakan peraturan yang tidak patut diterapkan, membuat opini publik dan menawarkan ide-ide pluralnya, sehingga gagasan mereka tersebut dapat diterima masyarakat.
“ Menurut saya acara ini membahas masalah yang sangat sensitif, seharusnya KEMI juga mengundang kalangan yang memperjuangakan Syariat Islam, sehingga ada perimbangan. “Kami dari KPSI siap jika pihak JIL mau berdialog. Saya berharap para petinggi IAIN Imam Bonjol Padang, menjaga Perguruan Tinggi Agama yang kita banggakan ini, tidak dicemari oleh gagasan-gagasan liberal,” tandasnya.
Acara di hadiri civitas akademika IAIN Imam Bonjol Padang, dan beberapa tokoh ormas sekota padang. buku yang berjudul pembaharuan pemikaran Islam Indonesia merupakan buku yang dibedah, sebagai tawaran dalam membangun kehidupan beragama dan berbangsa menjadi lebih adil, harmonis, dan bermartabat sesuai tuntutan kekinian. (h/yat)
BEDAH BUKU KEMI
PADANG HALUAN — Bedah buku yang diselenggarakan Komunitas Epistemik Muslim Indonesia (KEMI), di aula Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang, Selasa (22/11), berjalan menarik, dan mengundang banyak komentar dari pihak civitas akdemika IAIN Sendiri, maupun dari luar lingkungnan kampus.
Acara dapat menyedot masa yang cukup banyak. Karena menghadirkan Moqsith Ghazali, yang dikenal sebagai tokoh Jaringan Islam Liberal, tampil sebagai pemateri tunggal.
Muqsith Gahazali menjelaskan, kelemahan umat Islam saat ini selalu mengaitkan apapun dengan masa lalu. Ia berpendapat, mulai menjamurnya gerakan-gerakan konservatif dalam beragama, akan menyebakan umat mengalami kemunduran kerena sifat jumud dalam beragama. Contohnya, penegakan agama menjadi dasar bernegara.
Salah seorang aktivis mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN IB, Adi kurniawan berpedapat, leberalisasi akan menjadikan agama tidak sakral lagi. Kebenaran Islam akan menjadi relatif, hal tersebut akan menimbulkan kebimbangan dalam beragama.
Dia menambahkan, memahami Alquran dengan cara pandang liberal, akan memasung agama Islam menjadi sekedar informasi kajian intelektual, yang tidak perlu ada komitmen terhadapnya. Padahal, agama Islam merupakan sebuah ajaran yang komplek, dan harus diterapkan dalam kehidupan umat. Baik secara individu maupun dalam bernegara, seperti yang dicontohkan Rasulullah.
Dekan Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang,Alkhendra turut hadir Dalam pertemuan mengatakan, setiap orang bisa-bisa saja berpendapat, tetapi jangan sampai sebuah kayakinan yang kita pahami malah menambah kebingungan di tengah-tengah umat.
“Masyarakat kita sekarang ini butuh kesejahteraan, terlepas dari kemiskinan, bukan teori-teori yang masih mengawang. “Supaya tidak terjadi pertentangan yang lebih mendalam antara pihak JIL, dengan kelompok yang dimaksudkan konservatif dalam beragama itu, ada baiknya kita saling berempati satu sama lain,” katanya.
Semetara itu, Irfianda Abidin ketua Komite Penegakan Syari’at Islam Sumbar, menyayangkan kedatangan pentolan Jaringan Islam Liberal tersebut di IAIN Imam Bonjol Padang.
Dikatakannya, umat Islam pada saat ini memang hendak diliberalkan dalam seluruh aspek kehidupan. Mulai dari keyakinan, berprilaku dan berfikir. Target utamanya adalah menyebarluaskan ideologi sekuler kapitalis.
Akktor liberal cukup beragam, mulai dari kalangan itelektual yang belajar di dunia barat, para pejabat di birokrasi, bahkan ada dari kalangan guru agama. Gerombolan liberal juga menyerang ide-ide tentang penegakan Syariat Islam. Mereka mengambarkan kepada masyarakat, syariat Islam itu merupakan peraturan yang tidak patut diterapkan, membuat opini publik dan menawarkan ide-ide pluralnya, sehingga gagasan mereka tersebut dapat diterima masyarakat.
“ Menurut saya acara ini membahas masalah yang sangat sensitif, seharusnya KEMI juga mengundang kalangan yang memperjuangakan Syariat Islam, sehingga ada perimbangan. “Kami dari KPSI siap jika pihak JIL mau berdialog. Saya berharap para petinggi IAIN Imam Bonjol Padang, menjaga Perguruan Tinggi Agama yang kita banggakan ini, tidak dicemari oleh gagasan-gagasan liberal,” tandasnya.
Acara di hadiri civitas akademika IAIN Imam Bonjol Padang, dan beberapa tokoh ormas sekota padang. buku yang berjudul pembaharuan pemikaran Islam Indonesia merupakan buku yang dibedah, sebagai tawaran dalam membangun kehidupan beragama dan berbangsa menjadi lebih adil, harmonis, dan bermartabat sesuai tuntutan kekinian. (h/yat)
JANGAN TAKUT DIKEMOTERAPI
Kamis, 24 November 2011 02:17
IRZA WAHID
Setelah bertahun –tahun Menjalani profesi sebagai dokter penyakit dalam, membuat Dr Irza Wahid Sp.PD mengerti, betapa besar nikmat sehat dalam kehidupan. Namun dia menyayangkan karena masih banyak dari kalangan Indonesia tidak terlalu peduli dengan kesehatan.
Akibatnya, bermunculanlah berbagai macam penyakit. Salah satu penyakit yang menjadi momok menakutkan pada periode sekarang adalah kanker. Dari tahun ketahun kasus penderita kanker terus meningkat.
Menurutnya, dalam penatalaksanaan pengobatan kanker, meliputi disiplin ilmu yang kompleks, tergantung bagaimanan tingkat stadium yang diderita pasien. Ada pasien yang harus dioperasi, bahkan membuang sebagian dari anggota tubuhnya. Cara ini dilakukan bagi pasien yang memiliki jaringan sel-sel kanker yang ganas. Ada juga yang tidak perlu operasi dalam pengobatannya.
Salah satu dari sekian banyak prosedur pengobatan kanker adalah kemoterapi. Memang, kemoterapi banyak disalahartikan masyarakat. Ketakutan para pasien terhadap kemoterapi, membuat mereka enggan mengikuti porsedur tersebut. Padahal, kemoterapi merupakan bagian yang amat penting dari pengobatan penderita tumor maupun kanker.Kepada Haluan Irza menjelaskan, dalam pengertian yang paling umum, kemoterapi adalah pengobatan penyakit dengan mamasukkan bahan kimia melalui pembuluh darah, untuk membunuh mikro-organisme atau sel-sel kanker.
“Kemoterapi memang memiliki efek samping, ia membunuh sel yang membelah dengan cepat, salah satu sifat-sifat utama sel-sel kanker. Ini berarti bahwa itu juga merugikan sel yang membelah dengan cepat yang lain, seperti sel-sel di sumsum tulang, saluran pencernaan maupun sel-sel rambut, dalam prosesnya pasien akan mual, muntah, kehilangan selera makan, kehilangan berat badan,” katanya.
Tetapi janganlah takut, kemoterapi bukanlah akhir dari segalanya. Efek-efek yang dirasakan tersebut hanya bersifat temporal tidak permanen. Ini artinya, jika pasien sudah menyelesaikan pengobatan kemoterapi setelah beberapa kali, pasien yang bersangkutan akan kembali kepada keadaan sediakala.
Yang sangat disyangkan adalah, para pasien penderita kanker yang tidak mengikuti kemoterapi. Ini artinya, mereka tidak mengikuti SOP pengobatan, akibatnya, sel-sel kanker tidak habis, akibatnya bisa saja menimbulkan sel-sel jaringan Kanker yang baru. Untuk itu, para pasien tidaklah perlu takut dengan kemoterapi, karena kemoterapi hanya salah satu dari rangkaian proses pengobatan bagi penderita kanker.
Saat ini, Dr Irza Wahid SpPd bertugas di RS M. Damil Padang, dan sebagai ketua Perhimpunan Hermatologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia Cabang Padang (PERHOMPEDIN). (h/yat)
IRZA WAHID
Setelah bertahun –tahun Menjalani profesi sebagai dokter penyakit dalam, membuat Dr Irza Wahid Sp.PD mengerti, betapa besar nikmat sehat dalam kehidupan. Namun dia menyayangkan karena masih banyak dari kalangan Indonesia tidak terlalu peduli dengan kesehatan.
Akibatnya, bermunculanlah berbagai macam penyakit. Salah satu penyakit yang menjadi momok menakutkan pada periode sekarang adalah kanker. Dari tahun ketahun kasus penderita kanker terus meningkat.
Menurutnya, dalam penatalaksanaan pengobatan kanker, meliputi disiplin ilmu yang kompleks, tergantung bagaimanan tingkat stadium yang diderita pasien. Ada pasien yang harus dioperasi, bahkan membuang sebagian dari anggota tubuhnya. Cara ini dilakukan bagi pasien yang memiliki jaringan sel-sel kanker yang ganas. Ada juga yang tidak perlu operasi dalam pengobatannya.
Salah satu dari sekian banyak prosedur pengobatan kanker adalah kemoterapi. Memang, kemoterapi banyak disalahartikan masyarakat. Ketakutan para pasien terhadap kemoterapi, membuat mereka enggan mengikuti porsedur tersebut. Padahal, kemoterapi merupakan bagian yang amat penting dari pengobatan penderita tumor maupun kanker.Kepada Haluan Irza menjelaskan, dalam pengertian yang paling umum, kemoterapi adalah pengobatan penyakit dengan mamasukkan bahan kimia melalui pembuluh darah, untuk membunuh mikro-organisme atau sel-sel kanker.
“Kemoterapi memang memiliki efek samping, ia membunuh sel yang membelah dengan cepat, salah satu sifat-sifat utama sel-sel kanker. Ini berarti bahwa itu juga merugikan sel yang membelah dengan cepat yang lain, seperti sel-sel di sumsum tulang, saluran pencernaan maupun sel-sel rambut, dalam prosesnya pasien akan mual, muntah, kehilangan selera makan, kehilangan berat badan,” katanya.
Tetapi janganlah takut, kemoterapi bukanlah akhir dari segalanya. Efek-efek yang dirasakan tersebut hanya bersifat temporal tidak permanen. Ini artinya, jika pasien sudah menyelesaikan pengobatan kemoterapi setelah beberapa kali, pasien yang bersangkutan akan kembali kepada keadaan sediakala.
Yang sangat disyangkan adalah, para pasien penderita kanker yang tidak mengikuti kemoterapi. Ini artinya, mereka tidak mengikuti SOP pengobatan, akibatnya, sel-sel kanker tidak habis, akibatnya bisa saja menimbulkan sel-sel jaringan Kanker yang baru. Untuk itu, para pasien tidaklah perlu takut dengan kemoterapi, karena kemoterapi hanya salah satu dari rangkaian proses pengobatan bagi penderita kanker.
Saat ini, Dr Irza Wahid SpPd bertugas di RS M. Damil Padang, dan sebagai ketua Perhimpunan Hermatologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia Cabang Padang (PERHOMPEDIN). (h/yat)
Kamis, 17 November 2011
ANAK BUTUH PERHATIAN LEBIH
Kamis, 17 November 2011 02:39
PADANG, HALUAN — Banyak sekali anak yang tidak patuh, dan bersikap tidak hormat kepada para orang tuanya. Fenomena seperti ini mudah sekali ditemukan, tidak jarang anak melawan orang tuanya sendiri dengan alasan yang sebenarnya tidak tepat.
Menurut dr Amel Yanis SpKJ, Dokter Spesialis Kejiwaan di RS M. Djamil Padang dan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, pada dasarnya, terbentuknya sikap tersebut juga sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan.
“Sebetulnya, dalam hubungan pengaruh dan mempengaruhi, terlihat bahwa anak dalam perkembangan dirinya, memperlihatkan sifat-sifat yang tertuju pada lingkungan. Maksudnya, lingkungan menerima sifat tersebut dan anak memperlihatkan reaksi sifat-sifat dasarnya.
Perkembangan pesat di bidang teknologi merupakan salah satu faktor dalam mempengaruhi pribadi anak. Menjamurnya internet, ditambah lagi dengan tontonan di media eloktronik, melengkapi semua faktor eksternal yang turut mempengaruhi sikap anak,” paparnya.
Dikatakan dia, perubahan lingkungan tersebut memberikan rangsangan pada anak, yang sangat berpengaruh terhadap perkembangannya khususnya perkembangan sikap dan pembentukan kepribadiannya.
Amel menjelaskan, ada beberapa hal yang harus di perhatikan, dan dilakukan para orang tua, jika anak mereka sudah mulai menampakkan sikap tidak hormat kepadanya.
Pertama, Memberikan perhatian yang lebih kepada anak. Perhatian akan membuat anak merasa lebih dicintai dan dihargai. Terkadang, para orang tua memandang remeh sebuah pertanyaan kepada anak. Seandaikan mereka tahu, sebuah pertanyaan yang dilontarkan dengan penuh rasa kasih sayang sangat berpengaruh kepada anak.
Kedua, memberikan kepercayaan. Jika dikategorikan, anak yang berada pada usia remaja merupakan masa yang sangat sulit diperhatikan, dan rentan dengan pengaruh lingkungan.
“Kepercayaan yang diberikan kepadanya akan membuat ia lebih hormat kepada orang tuanya, dengan catatan kepercayaan harus diiringi pengawasan dari orang tua,” katanya.
Ketiga, selalu bersikap konsisten dihadapan anak. Biasanya, tanpa sepengetahuan orang tuanya, mereka melakukan penilaian terhadap orang-orang disekelilingnya, pun hal tersebut dilakukan kepada orang tuanya.
Dikatakannya, berlaku konsisten dan tepat janji akan membuat anak merasa nyaman dan bangga kepada orang tuanya. Sebaliknya, jika orang tua tidak tepat janji dan tidak konsisten dalam bersikap, hal tersebut akan menghilangkan kewibawaan orang tua kepada anak.
“Pada prinsipnya, berikanlah perhatian kepada anak sehingga ia merasa nyaman berada dekat dengan orang tuanya,” terangnya. (h/yat)
PADANG, HALUAN — Banyak sekali anak yang tidak patuh, dan bersikap tidak hormat kepada para orang tuanya. Fenomena seperti ini mudah sekali ditemukan, tidak jarang anak melawan orang tuanya sendiri dengan alasan yang sebenarnya tidak tepat.
Menurut dr Amel Yanis SpKJ, Dokter Spesialis Kejiwaan di RS M. Djamil Padang dan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, pada dasarnya, terbentuknya sikap tersebut juga sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan.
“Sebetulnya, dalam hubungan pengaruh dan mempengaruhi, terlihat bahwa anak dalam perkembangan dirinya, memperlihatkan sifat-sifat yang tertuju pada lingkungan. Maksudnya, lingkungan menerima sifat tersebut dan anak memperlihatkan reaksi sifat-sifat dasarnya.
Perkembangan pesat di bidang teknologi merupakan salah satu faktor dalam mempengaruhi pribadi anak. Menjamurnya internet, ditambah lagi dengan tontonan di media eloktronik, melengkapi semua faktor eksternal yang turut mempengaruhi sikap anak,” paparnya.
Dikatakan dia, perubahan lingkungan tersebut memberikan rangsangan pada anak, yang sangat berpengaruh terhadap perkembangannya khususnya perkembangan sikap dan pembentukan kepribadiannya.
Amel menjelaskan, ada beberapa hal yang harus di perhatikan, dan dilakukan para orang tua, jika anak mereka sudah mulai menampakkan sikap tidak hormat kepadanya.
Pertama, Memberikan perhatian yang lebih kepada anak. Perhatian akan membuat anak merasa lebih dicintai dan dihargai. Terkadang, para orang tua memandang remeh sebuah pertanyaan kepada anak. Seandaikan mereka tahu, sebuah pertanyaan yang dilontarkan dengan penuh rasa kasih sayang sangat berpengaruh kepada anak.
Kedua, memberikan kepercayaan. Jika dikategorikan, anak yang berada pada usia remaja merupakan masa yang sangat sulit diperhatikan, dan rentan dengan pengaruh lingkungan.
“Kepercayaan yang diberikan kepadanya akan membuat ia lebih hormat kepada orang tuanya, dengan catatan kepercayaan harus diiringi pengawasan dari orang tua,” katanya.
Ketiga, selalu bersikap konsisten dihadapan anak. Biasanya, tanpa sepengetahuan orang tuanya, mereka melakukan penilaian terhadap orang-orang disekelilingnya, pun hal tersebut dilakukan kepada orang tuanya.
Dikatakannya, berlaku konsisten dan tepat janji akan membuat anak merasa nyaman dan bangga kepada orang tuanya. Sebaliknya, jika orang tua tidak tepat janji dan tidak konsisten dalam bersikap, hal tersebut akan menghilangkan kewibawaan orang tua kepada anak.
“Pada prinsipnya, berikanlah perhatian kepada anak sehingga ia merasa nyaman berada dekat dengan orang tuanya,” terangnya. (h/yat)
HTI SUMBAR TOLAK KEDATANGAN OBAMA
Kamis, 17 November 2011 03:26
PADANG, HALUAN — Ratusan massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sumatera Barat menggelar aksi tolak kedatangan Obama di Gedung DPRD Provinsi Sumatera Barat, Rabu (16/11).
Setelah dilakukan di beberapa kota besar yang ada Indonesia, aksi tersubut dilajutkan ratusan massa Hizbut Tahrir Sumbar demi menguatkan opini publik
Dengan mengangkat tema tolak Obama, tolak Kapitalisme dan Imperialisme, tegakkan Syariah Khilafah ratusan demonstran menyampaikan aspirasi mereka.
Ketua HTI Sumbar, Rozi Saferi berpendapat, Amerika Serikat jelas memiliki kepentingan di kawasan ASEAN, Indonesia yang menjadi Core State, tentu memiliki nilai penting bagi mereka. Sebagai Negara eksportir minya dan gas terbesar di asia tenggara, Amerika Serikat harus memiliki hubungan yang baik dan stabil dengan Indonesia. Bagaimanapun tingkat kebutuhan energi Amerika sangat tinggi, dan Indonesia merupakan salah satu sumber pemenuhan tersebut.
“Kapitalisme global telah menjerat Negara –negara berkembang masuk dalam perangkap mereka. Hingga Negara-Negara tersebut terjebak dalam lilitan hutang yang tidak akan habis–habisnya. Semua itu makin memperlihatkan ambisi mereka untuk mengukuhkan dominasinya di Negara-Negara tersebut,” katanya.
Sebelum mendatangi gedung DPRD Provinsi Sumatera Barat, para demontran berkumpul di Mesjid Raya Al-Azhar Air Tawar Padang, aksi dimulai dengan berjalan kaki tepat pukul 14:00 WIB menuju gedung DPRD Sumbar. (h/yat)
PADANG, HALUAN — Ratusan massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sumatera Barat menggelar aksi tolak kedatangan Obama di Gedung DPRD Provinsi Sumatera Barat, Rabu (16/11).
Setelah dilakukan di beberapa kota besar yang ada Indonesia, aksi tersubut dilajutkan ratusan massa Hizbut Tahrir Sumbar demi menguatkan opini publik
Dengan mengangkat tema tolak Obama, tolak Kapitalisme dan Imperialisme, tegakkan Syariah Khilafah ratusan demonstran menyampaikan aspirasi mereka.
Ketua HTI Sumbar, Rozi Saferi berpendapat, Amerika Serikat jelas memiliki kepentingan di kawasan ASEAN, Indonesia yang menjadi Core State, tentu memiliki nilai penting bagi mereka. Sebagai Negara eksportir minya dan gas terbesar di asia tenggara, Amerika Serikat harus memiliki hubungan yang baik dan stabil dengan Indonesia. Bagaimanapun tingkat kebutuhan energi Amerika sangat tinggi, dan Indonesia merupakan salah satu sumber pemenuhan tersebut.
“Kapitalisme global telah menjerat Negara –negara berkembang masuk dalam perangkap mereka. Hingga Negara-Negara tersebut terjebak dalam lilitan hutang yang tidak akan habis–habisnya. Semua itu makin memperlihatkan ambisi mereka untuk mengukuhkan dominasinya di Negara-Negara tersebut,” katanya.
Sebelum mendatangi gedung DPRD Provinsi Sumatera Barat, para demontran berkumpul di Mesjid Raya Al-Azhar Air Tawar Padang, aksi dimulai dengan berjalan kaki tepat pukul 14:00 WIB menuju gedung DPRD Sumbar. (h/yat)
Rabu, 16 November 2011
BELAJAR DARI PENDIDIKAN JEPANG
Rabu, 16 November 2011 02:07
HABIBUL FUADI
Perjalan dua minggu tersebut merupakan pengalaman yang sangat berharga baginya, menelusuri beberapa sekolah kota di Jepang. Raut wajahnya nan cerah menyambut Haluan di kediamannya Komplek Cendana Lubuk Buaya.
Dia adalah salah satu dari orang enam orang Indonesia yang beruntung mengikuti pelatihan yang diselengarakan oleh Jepan International Corporate Agency (JICA), sebuah lembaga Internasional Jepang, yang konsen dalam pembenahan pendidikan.
Habibul Fuadi dan kawannya berangkat tanggal 8-22 Oktober lalu untuk di training, mereka kuliah bersama para pakar pendidikan Jepang, diberikan penjelasan dan diajak berkeliling pada tujuh sekolah ternama yang ada di jepang, terkait bagaimana Jepang menerapkan sistem pendidikan.
Saat ini, Program yang dijalankan JICA sendiri sudah jalan tahun ketiga, kerjasama tersebut terjalin antara Jepang dan Negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Menurut Habibul Fuadi, program Listen Study yang di terapkan pada pendidikan Jepang, merupakan kunci yang membut pendidikan mereka dapat berkembang dengan cepat. Listen study merupakan salah satu program yang dapat disebut dengan managemen hak belajar setiap murid.
Maksudnya adalah, setiap guru wajib memberikan perhatian khusus bagi setiap murid, dengan memantau setiap perkembangannya. Guru diwajibkan mengamati murid-muridnya, mencari tahu apakah murid tersebut sudah belajar sesuai dengan harapan, atau masih belum memenuhi kriteria yang diharapkan.
“Selama saya berkunjung ke beberapa sekolah Jepang, para guru memang lebih mendorong siswa agar aktif berdiskusi dengan siswa yang lain, cara ini lebih dikenal dengan sebutan Colaboratif Learning. Para guru hanya lebih ditekankan memperhatikan perkembangan siswa,” katanya.
Di SMP Ushiko Johnam Tokyo, bahkan telah menerapkan Community Learning. Maksudnya adalah, pada waktu-waktu tertentu proses belajar mengajar antara guru dan murid dapat dilihat oleh para wali murid, dan siapa saja yang berkeinginan melihat. Bahkan, pihak sekolah mengundang secara khusus para orang tua murid pada hari itu.
Semua dikelola oleh pihak sekolah, dari mulai program pembelajaran hingga makanan yang dikomsumsi oleh para siswa ketika istirahat. “ Saya tidak menemukan di sana jajanan lepas seperti di sekolah-sekolah kita disini. yang paling mengesankan bagi saya, dan kawan-kawan selama berkunjung di sekolah-sekolah jepang tersebut adalah, terjalinnya kedekatan antara murid dan gurunya. Ungkap Habibul Fuadi.
Dalam training tersebut, dari enam orang peserta Indonesia, Ikut bersamanya Darmalis kepala sekolah SMP 1 Padang, sebagai kawan yang mewakili peserta dari wilayah Indonesia bagian barat.
Mengawali karir sebagai guru Biologi, Habibul Fuadi Kini menjabat sebagai Kabid luar sekolah pada Dinas Pendidikan kota Padang.(h/yat)
HABIBUL FUADI
Perjalan dua minggu tersebut merupakan pengalaman yang sangat berharga baginya, menelusuri beberapa sekolah kota di Jepang. Raut wajahnya nan cerah menyambut Haluan di kediamannya Komplek Cendana Lubuk Buaya.
Dia adalah salah satu dari orang enam orang Indonesia yang beruntung mengikuti pelatihan yang diselengarakan oleh Jepan International Corporate Agency (JICA), sebuah lembaga Internasional Jepang, yang konsen dalam pembenahan pendidikan.
Habibul Fuadi dan kawannya berangkat tanggal 8-22 Oktober lalu untuk di training, mereka kuliah bersama para pakar pendidikan Jepang, diberikan penjelasan dan diajak berkeliling pada tujuh sekolah ternama yang ada di jepang, terkait bagaimana Jepang menerapkan sistem pendidikan.
Saat ini, Program yang dijalankan JICA sendiri sudah jalan tahun ketiga, kerjasama tersebut terjalin antara Jepang dan Negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Menurut Habibul Fuadi, program Listen Study yang di terapkan pada pendidikan Jepang, merupakan kunci yang membut pendidikan mereka dapat berkembang dengan cepat. Listen study merupakan salah satu program yang dapat disebut dengan managemen hak belajar setiap murid.
Maksudnya adalah, setiap guru wajib memberikan perhatian khusus bagi setiap murid, dengan memantau setiap perkembangannya. Guru diwajibkan mengamati murid-muridnya, mencari tahu apakah murid tersebut sudah belajar sesuai dengan harapan, atau masih belum memenuhi kriteria yang diharapkan.
“Selama saya berkunjung ke beberapa sekolah Jepang, para guru memang lebih mendorong siswa agar aktif berdiskusi dengan siswa yang lain, cara ini lebih dikenal dengan sebutan Colaboratif Learning. Para guru hanya lebih ditekankan memperhatikan perkembangan siswa,” katanya.
Di SMP Ushiko Johnam Tokyo, bahkan telah menerapkan Community Learning. Maksudnya adalah, pada waktu-waktu tertentu proses belajar mengajar antara guru dan murid dapat dilihat oleh para wali murid, dan siapa saja yang berkeinginan melihat. Bahkan, pihak sekolah mengundang secara khusus para orang tua murid pada hari itu.
Semua dikelola oleh pihak sekolah, dari mulai program pembelajaran hingga makanan yang dikomsumsi oleh para siswa ketika istirahat. “ Saya tidak menemukan di sana jajanan lepas seperti di sekolah-sekolah kita disini. yang paling mengesankan bagi saya, dan kawan-kawan selama berkunjung di sekolah-sekolah jepang tersebut adalah, terjalinnya kedekatan antara murid dan gurunya. Ungkap Habibul Fuadi.
Dalam training tersebut, dari enam orang peserta Indonesia, Ikut bersamanya Darmalis kepala sekolah SMP 1 Padang, sebagai kawan yang mewakili peserta dari wilayah Indonesia bagian barat.
Mengawali karir sebagai guru Biologi, Habibul Fuadi Kini menjabat sebagai Kabid luar sekolah pada Dinas Pendidikan kota Padang.(h/yat)
Selasa, 15 November 2011
PULUHAN SISWA SMA ADABIAH KESURUPAN
Selasa, 15 November 2011 02:25
PADANG HALUAN—Ratusan civitas akdemik Adabiah yang sedang mengikuti proses belajar mengajar, dikejutkan dengan puluhan siswa yang mengalami kesurupan.
Esto, salah saeorang murid yang berada di tempat kejadian mengatakan, peristiwa tersebut terjadi antara pukul 09:00 WIB hingga pukul 11:00 WIB. Kejadian berawal ketika seorang siswi SMA meronta-ronta. Orang-orang dilingkungan sekolah tidak menyangka, bahwa siswi tersebut kesurupan. Setelah didekati, ternyata mata siswa tersebut menunjukkan ia dalam keadan tidak sadar.
Kemudian siswa yang lain memeberitahukan kepada majelis guru dan guru segara menghampirinya. Setelah melihat gelagat tidak normal dari siswa ini, pihak guru langsung memberikan pertolongan. “Tangannya dipegangi teman-teman, tidak beberapa lama, siswa tersebut semakin liar dan meronta-ronta lebih keras,” kata Esto.
Esto menambahkan, karena sudah tidak memperlihatkan tanda-tanda kesadarannya, dan semakin tidak bisa dikendalikan. Siswa tersebut dilarikan ke masjid Yayasan Adabiah, yang berada tidak terlalu jauh dari gedung SMA.
Peristiwa tersebut memancing para siswa SMA Adabiah yang lain histeris. Akbitnya, siswa yang ikut larut dengan kejadian dan malah ikut kesurupan. Seolah seperti virus yang menyebar, dari satu orang siswa, hingga menyebankan puluhan siswa yang lain juga kesurupan.
Karena sudah tidak bisa dikendalikan, akhirnya pihak sekolah memutuskan untuk memulangkan siswa SMA Adabiah pukul 10:00 WIB. Dari sekian banyak siswa yang kesurupan, tidak seorangpun diantara mereka yang laki-laki.
Menurut perhitungan Esto, ada sekitar 25 orang siswi perempuan yang kesurupan, “Saya tidak mengetahui apa penyebabnya. Terakhir, pukul 11:00 WIB, ada seorang yang baru sadar, semua siswa yang kesurupan di obati di masjid sekolah,” katanya.
Sementara itu, Ahong, teknisi yang sudah bekerja tahunan di Yayasan Adabiah, peristiwa kesurupan yang dialami para siswa, memang baru kali ini. Sepengetahuannya, kejadian seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Ia berharap para siswa mendekatkan diri pada Allah SWT. “Kiranya dengan mendekatkan diri pada Allah, gangguan jin dapat dihindari,” katanya. (h/yat)
PADANG HALUAN—Ratusan civitas akdemik Adabiah yang sedang mengikuti proses belajar mengajar, dikejutkan dengan puluhan siswa yang mengalami kesurupan.
Esto, salah saeorang murid yang berada di tempat kejadian mengatakan, peristiwa tersebut terjadi antara pukul 09:00 WIB hingga pukul 11:00 WIB. Kejadian berawal ketika seorang siswi SMA meronta-ronta. Orang-orang dilingkungan sekolah tidak menyangka, bahwa siswi tersebut kesurupan. Setelah didekati, ternyata mata siswa tersebut menunjukkan ia dalam keadan tidak sadar.
Kemudian siswa yang lain memeberitahukan kepada majelis guru dan guru segara menghampirinya. Setelah melihat gelagat tidak normal dari siswa ini, pihak guru langsung memberikan pertolongan. “Tangannya dipegangi teman-teman, tidak beberapa lama, siswa tersebut semakin liar dan meronta-ronta lebih keras,” kata Esto.
Esto menambahkan, karena sudah tidak memperlihatkan tanda-tanda kesadarannya, dan semakin tidak bisa dikendalikan. Siswa tersebut dilarikan ke masjid Yayasan Adabiah, yang berada tidak terlalu jauh dari gedung SMA.
Peristiwa tersebut memancing para siswa SMA Adabiah yang lain histeris. Akbitnya, siswa yang ikut larut dengan kejadian dan malah ikut kesurupan. Seolah seperti virus yang menyebar, dari satu orang siswa, hingga menyebankan puluhan siswa yang lain juga kesurupan.
Karena sudah tidak bisa dikendalikan, akhirnya pihak sekolah memutuskan untuk memulangkan siswa SMA Adabiah pukul 10:00 WIB. Dari sekian banyak siswa yang kesurupan, tidak seorangpun diantara mereka yang laki-laki.
Menurut perhitungan Esto, ada sekitar 25 orang siswi perempuan yang kesurupan, “Saya tidak mengetahui apa penyebabnya. Terakhir, pukul 11:00 WIB, ada seorang yang baru sadar, semua siswa yang kesurupan di obati di masjid sekolah,” katanya.
Sementara itu, Ahong, teknisi yang sudah bekerja tahunan di Yayasan Adabiah, peristiwa kesurupan yang dialami para siswa, memang baru kali ini. Sepengetahuannya, kejadian seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Ia berharap para siswa mendekatkan diri pada Allah SWT. “Kiranya dengan mendekatkan diri pada Allah, gangguan jin dapat dihindari,” katanya. (h/yat)
MENGENANG 10 NOVEMBER
SUTAN SOFIAN
Walaupun sudah berusia cukup lanjut H Sutan Sofian Idris masih sangat mengingat peristiwa 10 November 1945. Baginya, peristiwa tersebut merupakan contoh bagi pemuda saat ini. Atas keberanian para pejuang, kemerdekaan yang sudah berada ditangan bangsa Indonesia dapat dipertahankan.
Sebagai seorang pensiunan militer, dia sangat paham apa yang seharusnya dilakukan bangsa ini. Baginya, bangsa yang besar adalah, bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya.
Menurut Sofian, terpilihnya Syafruddin Prawira Negara, dan Buya Hamka sebagai pahlawan nasional, merupakan berita yang cukup baik. tapi dia menilai, masih bayak tokoh Sumbar yang lain yang juga patut untuk diperjuangkan menjadi pahlawan nasional.
“Kita memang sudah mulai lupa dengan sejarah, ada bayak hal tidak diketahui masyarakat pada saat ini . Pertama dari sembilan orang yang merumuskan UUD Dasar 1945, tiga orang diantarnya adalah orang Minang. Antara lain, Muhammad Hatta, Muhammad Yamin, dan H Agus Salim. Artinya, 33 persen tokoh sumatera barat menyumbang peletakan dasar negara ini.
Kedua, tiga orang penggagas Pancasila, Soharto, M Yamin, Supomo. Dari tiga orang tersebut, satu di ataranya adalah putera Minang. Ini artinya, 33 persen meletakkan dasar idiologi bangsa ini disumbangkan putera Minang. Ketiga. Coba anda katakan siapa pengagas utama teks proklamasi kemerdekaan Indonesia? “Soekarno dan Hatta”, ini artinya 50 persen dari lahirnaya teks proklamisi merupakan sumbangan pemuda Minang.
Ketika itu jumlah penduduk Indonesia sekitar 10 juta, dan jumlah penduduk Sumbar kurang dari 1. Dapat disimpulkan, masyarakat Minang yang hanya berjumlah yang minim mampu berkontribusi besar bagi 10 juta penduduk Indonesia.
“Harapan saya, bagi para pemuda, khusunya para pemuda Minang, mari kita kembali membalik-balik lagi buku sejarah. Dengan hal tersebut diharapkan mereka paham betapa strategisnya posisi pemuda minang pada zaman perjuangan bagi Indonesia. Saat ini, Sofian Idris menghabiskan hari tuanya sebagai pengawas di SPBU Suka Indonusa Jl Khatib Sulaiman Padang. (h/yat)
Walaupun sudah berusia cukup lanjut H Sutan Sofian Idris masih sangat mengingat peristiwa 10 November 1945. Baginya, peristiwa tersebut merupakan contoh bagi pemuda saat ini. Atas keberanian para pejuang, kemerdekaan yang sudah berada ditangan bangsa Indonesia dapat dipertahankan.
Sebagai seorang pensiunan militer, dia sangat paham apa yang seharusnya dilakukan bangsa ini. Baginya, bangsa yang besar adalah, bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya.
Menurut Sofian, terpilihnya Syafruddin Prawira Negara, dan Buya Hamka sebagai pahlawan nasional, merupakan berita yang cukup baik. tapi dia menilai, masih bayak tokoh Sumbar yang lain yang juga patut untuk diperjuangkan menjadi pahlawan nasional.
“Kita memang sudah mulai lupa dengan sejarah, ada bayak hal tidak diketahui masyarakat pada saat ini . Pertama dari sembilan orang yang merumuskan UUD Dasar 1945, tiga orang diantarnya adalah orang Minang. Antara lain, Muhammad Hatta, Muhammad Yamin, dan H Agus Salim. Artinya, 33 persen tokoh sumatera barat menyumbang peletakan dasar negara ini.
Kedua, tiga orang penggagas Pancasila, Soharto, M Yamin, Supomo. Dari tiga orang tersebut, satu di ataranya adalah putera Minang. Ini artinya, 33 persen meletakkan dasar idiologi bangsa ini disumbangkan putera Minang. Ketiga. Coba anda katakan siapa pengagas utama teks proklamasi kemerdekaan Indonesia? “Soekarno dan Hatta”, ini artinya 50 persen dari lahirnaya teks proklamisi merupakan sumbangan pemuda Minang.
Ketika itu jumlah penduduk Indonesia sekitar 10 juta, dan jumlah penduduk Sumbar kurang dari 1. Dapat disimpulkan, masyarakat Minang yang hanya berjumlah yang minim mampu berkontribusi besar bagi 10 juta penduduk Indonesia.
“Harapan saya, bagi para pemuda, khusunya para pemuda Minang, mari kita kembali membalik-balik lagi buku sejarah. Dengan hal tersebut diharapkan mereka paham betapa strategisnya posisi pemuda minang pada zaman perjuangan bagi Indonesia. Saat ini, Sofian Idris menghabiskan hari tuanya sebagai pengawas di SPBU Suka Indonusa Jl Khatib Sulaiman Padang. (h/yat)
Langganan:
Postingan (Atom)