Selasa, 29 November 2011

POLEMIK JIL, IAIN HARGAI DISKUSI ILMIAH

Selasa, 29 November 2011 02:56

POLEMIK JIL

PADANG, HALUAN—Terkait pemberitaan sepekan terakhir yang mengaitkan IAIN Imam Bonjol Padang dengan Jaringan Islam Liberal membuat Rektor IAIN IB Makmur Syarif, Rektor angkat bicara.

Sebelumnya, Selasa (22/11) lalu, Komunistas Epistemik Muslim Indonesia (KEMI) menggelar diskusi bedah buku Pembaruan Pemikiran Islam Indonesia di Aula Fakultas Dakwah, dengan menghadirkan pembicara Moqsith Gazali, salah seorang pentolan tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL).

“Acara bedah buku hanya sebuah diskusi menambah ilmu pengetahuan dan memberikan wacana baru di lingkungan kampus. Di samping itu, keterbukaan sangat diperlukan dalam mengembangkan khazanah pemikiran Islam. Tanpa diskusi ilmiah, ilmu pengetahuan tidak akan berkembang. Terlepas dari pro kontranya, masyarakatlah yang akan menilai,” kata Makmur Syarif kepada Haluan, Senin (28/11).

Ia menjelaskan, tidak ada maksud untuk menjadikan IAIN IB menjadi kampus yang liberal.

“Saya memahami tidak ada istilah liberal, Islam itu satu. Keberagaman cara pandanglah yang membuat sepertinya terjadi perbedaan dalam dunia Islam. Kemerdekaan berpikir sangat dituntut dalam mencerdaskan generasi muda Islam ke depan,” katanya.

Makmur Syarif menambahkan, permasalahan utama yang dialami umat Islam saat ini adalah terlalu fanatik dengan kelompok. Sehingga, sering memonis segala sesuatu itu berdasarkan dengan asumsi dasar pemikiran. Akibatnya, apabila sebuah pemikiran baru datang, beramai-ramai menolaknya. “Padahal belum tentu sesuatu yang baru tersebut salah, bahkan bisa saja gagasan baru tersebutlah yang akan membawa kepada kemajuan.”

Sementara itu, Makmur Syarif menilai tulisan Fachrul Rasyid yang terbit di Refleksi Sabtu (26/11) di Haluan, hanya sebagai sebuah pendapat yang tidak komprehensif. Persepsi itu hanya dibangun dari satu sudut pandang, dan hanya mengambil beberapa kasus, kemudian diangkat dan dijadikan generalisir. Sebagai seorang alumni IAIN IB Fakultas Adab, Makmur Syarif menghargai pendapat Fachrul Rasyid.

“Saya menghargai pendapatnya, mungkin saja ia bermaksud menjaga IAIN IB, tetapi saya menilai pendapat yang ia tulis seperti itu cenderung mendiskreditkan dan tidak komprehensif,” kata Makmur.Menurutnya menjadikan IAIN sebagai UIN merupakan sebuah cita-cita yang harus diwujudkan. Dengan diintegrasikannya pendididkan agama dengan umum, keselarasan pendidikan akan terjadi. Sudah banyak bukti yang memperlihatkan diubahnya IAIN menjadi UIN akan memperoleh sebuah kemajuan.

“Kita tidak perlu terjebak dengan opini yang dikembangkan oleh sebelah pihak. Mari kita berkerja sama, dan mendukung setiap program yang akan memajukan IAIN Imam Bonjol Padang,” imbuhnya.(h/yat)

JADIKAN 1 MUHARAM MOMEN PERBAIKAN DIRI

Senin, 28 November 2011 02:25

AMRI MANSYUR

“Tahun baru Hijriah merupakan moment yang perlu dimanfaatkan umat islam untuk memperoleh rido Allah dalam menempuh kehidupan,” kata Amri Mansyur pembantu Rektor Tiga Universitas Baiturrahmah Padang kepada Haluan, Jum’at (26/11) lalu.

Di samping sebagai dokter gigi, Amri Mansyur juga aktif dalam dunia dakwah di Su­matera Barat. Nuraninya ter­gerak karena melihat realitas masyarakat Islam, yang sudah tidak lagi mencerminkan sebagai khirul ummah (umat yang terbaik).

“Umat Islam menjadi khu­irul ummah berabad abad lamamnya, dari zaman Ra­sullah hingga Khilafah Us­manih pada tahun 1924. Ke­mulian itu didapat karena umat ini ta’at kepada perintah Allah, dan kehidupannya diatur me­lalui ajaran Islam, se­be­bagai­mana firman Allah dalam surat Ali Imran 103 yang artinya, Dan berpeganglah kamu se­muanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mem­persatukan hatimu, lalu men­jadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang ber­saudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu men­dapat petunjuk,” ungkap Amri Mansyur.

Baginya, pergantian tahun bukanlah hal yang mesti di­rayakan. Tetapi, bagaimana seharusnya menyikapi per­gantian tahun demi tahun tersebut. Dalam pandangannya, sudah selayaknya umat Islam sadar bahwa kita sekarang berada dalam perang pe­mi­kiran (ghozul fikri).

Tidak sedikit dari kita yang kalah dari pertempuran pe­mikiran itu. Buktinya, telah banyak dari kalangan cen­dikiawan kita memilih cara pandang barat dalam berfikir, dan menjalani hidup. “Bukan kita anti barat, tetapi ada hal-hal tidak bisa dicampurdukkan. Perkembangan ilmu penge­tahuan sience bisa diam­bil. Tetapi, cara pandang ke­hi­dupan, berprilaku, ber­pakaian, tidak bisa diterima karena ia adalah buah paradapan dan ideologi yang bertentangan dengan akidah,” katanya.

A­mri menambahkan, Ma­lalui 1 muharram, mari kita bersama-sama menginstropeksi diri, jika tidak Allah akan menimpakan azab kepada kita, dan mengganti kita dengan umat yang lain. Selain aktif dalam dunia pendidikan, buya Abi mansur sekarang aktif di Front Masyarakat Pembela Islam (FMPI).(h/yat)

Kamis, 24 November 2011

IAIN IB DIJAMAH JIL

Rabu, 23 November 2011 03:49

BEDAH BUKU KEMI

PADANG HALUAN — Bedah buku yang diselenggarakan Komunitas Epistemik Muslim Indonesia (KEMI), di aula Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang, Selasa (22/11), berjalan menarik, dan mengundang banyak komentar dari pihak civitas akdemika IAIN Sendiri, maupun dari luar lingkungnan kampus.

Acara dapat menyedot masa yang cukup banyak. Karena menghadirkan Moqsith Ghazali, yang dikenal sebagai tokoh Jaringan Islam Liberal, tampil sebagai pemateri tunggal.

Muqsith Gahazali menjelas­kan, kelemahan umat Islam saat ini selalu mengaitkan apapun dengan masa lalu. Ia berpendapat, mulai menjamurnya gerakan-gerakan konservatif dalam beraga­ma, akan menyebakan umat mengalami kemunduran kerena sifat jumud dalam beragama. Contohnya, penegakan agama menjadi dasar bernegara.

Salah seorang aktivis maha­siswa Fakultas Syari’ah IAIN IB, Adi kurniawan berpedapat, leberalisasi akan menjadikan agama tidak sakral lagi. Kebe­naran Islam akan menjadi relatif, hal tersebut akan menimbulkan kebimbangan dalam beragama.

Dia menambahkan, mema­hami Alquran dengan cara pan­dang liberal, akan memasung agama Islam menjadi sekedar informasi kajian intelektual, yang tidak perlu ada komitmen terha­dapnya. Padahal, agama Islam merupakan sebuah ajaran yang komplek, dan harus diterapkan dalam kehidupan umat. Baik secara individu maupun dalam bernegara, seperti yang dicon­tohkan Rasulullah.

Dekan Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang,Alkhendra turut hadir Dalam pertemuan mengatakan, setiap orang bisa-bisa saja berpendapat, tetapi jangan sampai sebuah kayakinan yang kita pahami malah menam­bah kebi­ngungan di tengah-tengah umat.

“Masyarakat kita sekarang ini butuh kesejahteraan, terlepas dari kemiskinan, bukan teori-teori yang masih mengawang. “Supaya tidak terjadi pertentangan yang lebih mendalam antara pihak JIL, dengan kelompok yang dimak­sudkan konservatif dalam bera­gama itu, ada baiknya kita saling berempati satu sama lain,” katanya.

Semetara itu, Irfianda Abidin ketua Komite Penegakan Syari’at Islam Sumbar, menyayangkan kedatangan pentolan Jaringan Islam Liberal tersebut di IAIN Imam Bonjol Padang.

Dikatakannya, umat Islam pada saat ini memang hendak diliberalkan dalam seluruh aspek kehidupan. Mulai dari keyakinan, berprilaku dan berfikir. Target utamanya adalah menye­barluas­kan ideologi sekuler kapitalis.

Akktor liberal cukup bera­gam, mulai dari kalangan itelek­tual yang belajar di dunia barat, para pejabat di birokrasi, bahkan ada dari kalangan guru agama. Gerombolan liberal juga me­nyerang ide-ide tentang pene­gakan Syariat Islam. Mereka mengambarkan kepada masya­rakat, syariat Islam itu meru­pakan peraturan yang tidak patut diterapkan, membuat opini publik dan menawarkan ide-ide plural­nya, sehingga gagasan mereka tersebut dapat diterima masyarakat.

“ Menurut saya acara ini membahas masalah yang sangat sensitif, seharusnya KEMI juga mengundang kalangan yang mem­perjuangakan Syariat Islam, sehingga ada perimbangan. “Kami dari KPSI siap jika pihak JIL mau berdialog. Saya berharap para petinggi IAIN Imam Bonjol Padang, menjaga Perguruan Tinggi Agama yang kita bangga­kan ini, tidak dicemari oleh gagasan-gagasan liberal,” tandasnya.

Acara di hadiri civitas akade­mika IAIN Imam Bonjol Padang, dan beberapa tokoh ormas sekota padang. buku yang berjudul pembaharuan pemikaran Islam Indonesia merupakan buku yang dibedah, sebagai tawaran dalam membangun kehidupan beragama dan berbangsa menjadi lebih adil, harmonis, dan bermartabat sesuai tuntutan kekinian. (h/yat)

JANGAN TAKUT DIKEMOTERAPI

Kamis, 24 November 2011 02:17

IRZA WAHID

Setelah bertahun –tahun Men­jalani profesi sebagai dok­ter penyakit dalam, mem­buat Dr Irza Wahid Sp.PD mengerti, betapa besar nik­mat sehat dalam kehidupan. Namun dia menyayangkan karena masih banyak dari kalangan Indonesia tidak terlalu peduli dengan kese­hatan.

Akibatnya, bermun­cu­lanlah berbagai macam pe­nyakit. Salah satu penyakit yang menjadi momok mena­kutkan pada pe­riode seka­rang adalah kanker. Dari tahun ketahun kasus pen­derita kan­ker terus meningkat.

Menurutnya, dalam pena­talaksanaan pengobatan kan­ker, meliputi disiplin ilmu yang kompleks, tergantung bagai­ma­nan tingkat stadium yang di­derita pasien. Ada pasien yang harus dioperasi, bahkan mem­buang sebagian dari ang­go­ta tubuhnya. Cara ini dilaku­kan bagi pasien yang memiliki jaringan sel-sel kanker yang ga­nas. Ada juga yang tidak per­lu operasi dalam pengo­ba­tannya.

Salah satu dari sekian ba­nyak prosedur pengobatan kanker adalah kemoterapi. Memang, kemoterapi banyak disalahartikan masyarakat. Ketakutan para pa­sien terhadap kemoterapi, mem­buat mereka enggan mengikuti po­rsedur tersebut. Padahal, kemoterapi merupakan bagian yang amat penting dari pengo­batan pen­derita tumor maupun kanker.Kepada Haluan Irza men­jelaskan, dalam pengertian yang paling umum, kemoterapi adalah pengobatan penyakit dengan mamasukkan bahan kimia melalui pembuluh darah, untuk mem­bunuh mikro-orga­nisme atau sel-sel kanker.

“Kemoterapi memang me­miliki efek samping, ia mem­bunuh sel yang membelah de­ngan cepat, salah satu sifat-sifat utama sel-sel kanker. Ini berarti bahwa itu juga meru­gikan sel yang membelah dengan cepat yang lain, seper­ti sel-sel di sumsum tulang, saluran pencernaan maupun sel-sel rambut, dalam pro­sesnya pasien akan mual, muntah, kehilangan selera makan, kehilangan berat ba­dan,” katanya.

Tetapi janganlah takut, kemoterapi bukanlah akhir dari segalanya. Efek-efek yang dirasakan tersebut hanya bersifat temporal tidak per­manen. Ini artinya, jika pasien sudah menyelesaikan pengo­ba­tan kemoterapi setelah be­berapa kali, pasien yang bersangkutan akan kembali kepada keadaan sediakala.

Yang sangat disyangkan adalah, para pasien penderita kanker yang tidak mengikuti kemoterapi. Ini artinya, mereka tidak mengikuti SOP pengo­batan, akibatnya, sel-sel kanker tidak habis, akibatnya bisa saja menim­bulkan sel-sel jaringan Kanker yang baru. Untuk itu, para pasien tidak­lah perlu takut dengan kemo­terapi, karena kemoterapi ha­nya salah satu dari rangkaian proses pengobatan bagi pen­derita kanker.

Saat ini, Dr Irza Wahid SpPd bertugas di RS M. Damil Padang, dan sebagai ketua Perhimpunan Hermatologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia Cabang Padang (PERHOMPEDIN). (h/yat)

Kamis, 17 November 2011

ANAK BUTUH PERHATIAN LEBIH

Kamis, 17 November 2011 02:39

PADANG, HALUAN — Banyak sekali anak yang tidak patuh, dan bersikap tidak hormat kepada para orang tuanya. Fenomena seperti ini mudah sekali ditemukan, tidak jarang anak melawan orang tuanya sendiri dengan alasan yang sebenarnya tidak tepat.

Menurut dr Amel Yanis SpKJ, Dokter Spesialis Kejiwaan di RS M. Djamil Padang dan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, pada dasarnya, terben­tuknya sikap tersebut juga sangat besar dipengaruhi oleh ling­kungan.

“Sebetulnya, dalam hubungan pengaruh dan mempengaruhi, terlihat bahwa anak dalam per­kem­bangan dirinya, memperli­hatkan sifat-sifat yang tertuju pada lingkungan. Maksudnya, lingku­ngan menerima sifat tersebut dan anak memperlihatkan reaksi sifat-sifat dasarnya.

Perkembangan pesat di bidang teknologi merupakan salah satu faktor dalam mempengaruhi pribadi anak. Menjamurnya inter­net, ditambah lagi dengan tonto­nan di media eloktronik, melengkapi semua faktor eksternal yang turut mempengaruhi sikap anak,” paparnya.

Dikatakan dia, perubahan lingkungan tersebut memberikan rangsangan pada anak, yang sangat berpengaruh terhadap perkem­bangannya khususnya perkem­bangan sikap dan pembentukan kepribadiannya.

Amel menjelaskan, ada bebe­rapa hal yang harus di perhatikan, dan dilakukan para orang tua, jika anak mereka sudah mulai menam­pakkan sikap tidak hormat kepadanya.

Pertama, Memberikan perhati­an yang lebih kepada anak. Perhatian akan membuat anak merasa lebih dicintai dan dihargai. Terkadang, para orang tua meman­dang remeh sebuah pertanyaan kepada anak. Seandaikan mereka tahu, sebuah pertanyaan yang dilontarkan dengan penuh rasa kasih sayang sangat berpengaruh kepada anak.

Kedua, memberikan keperca­yaan. Jika dikategorikan, anak yang berada pada usia remaja merupakan masa yang sangat sulit diperhatikan, dan rentan dengan pengaruh lingkungan.

“Kepercayaan yang diberikan kepadanya akan membuat ia lebih hormat kepada orang tuanya, dengan catatan kepercayaan harus diiringi pengawasan dari orang tua,” katanya.

Ketiga, selalu bersikap konsis­ten dihadapan anak. Biasanya, tanpa sepengetahuan orang tuanya, mereka melakukan penilaian terhadap orang-orang disekeliling­nya, pun hal tersebut dilakukan kepada orang tuanya.

Dikatakannya, berlaku kon­sisten dan tepat janji akan mem­buat anak merasa nyaman dan bangga kepada orang tuanya. Sebaliknya, jika orang tua tidak tepat janji dan tidak konsisten dalam bersikap, hal tersebut akan menghilangkan kewibawaan orang tua kepada anak.

“Pada prinsipnya, berikanlah perhatian kepada anak sehingga ia merasa nyaman berada dekat dengan orang tuanya,” terangnya. (h/yat)

HTI SUMBAR TOLAK KEDATANGAN OBAMA

Kamis, 17 November 2011 03:26

PADANG, HALUAN — Ratusan massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sumatera Barat menggelar aksi tolak kedatangan Obama di Gedung DPRD Provinsi Sumatera Barat, Rabu (16/11).

Setelah dilakukan di beberapa kota besar yang ada Indonesia, aksi tersubut dilajutkan ratusan massa Hizbut Tahrir Sumbar demi menguatkan opini publik

Dengan mengangkat tema tolak Obama, tolak Kapitalisme dan Imperialisme, tegakkan Syariah Khilafah ratusan demonstran me­nyampaikan aspirasi mereka.

Ketua HTI Sumbar, Rozi Saferi berpen­dapat, Amerika Serikat jelas memiliki kepentingan di kawasan ASEAN, Indonesia yang menjadi Core State, tentu memiliki nilai penting bagi mereka. Sebagai Negara eksportir minya dan gas terbesar di asia tenggara, Amerika Serikat harus memiliki hubungan yang baik dan stabil dengan Indonesia. Bagaimanapun tingkat kebutuhan energi Amerika sangat tinggi, dan Indonesia meru­pakan salah satu sumber pemenuhan tersebut.

“Kapitalisme global telah menjerat Negara –negara berkembang masuk dalam perangkap mereka. Hingga Negara-Negara tersebut terjebak dalam lilitan hutang yang tidak akan habis–habisnya. Semua itu makin mem­perlihatkan ambisi mereka untuk mengukuhkan dominasinya di Negara-Negara tersebut,” katanya.

Sebelum mendatangi gedung DPRD Provinsi Sumatera Barat, para demontran berkumpul di Mesjid Raya Al-Azhar Air Tawar Padang, aksi dimulai dengan berjalan kaki tepat pukul 14:00 WIB menuju gedung DPRD Sumbar. (h/yat)

Rabu, 16 November 2011

BELAJAR DARI PENDIDIKAN JEPANG

Rabu, 16 November 2011 02:07

HABIBUL FUADI

Perjalan dua minggu tersebut merupakan pengalaman yang sangat berharga baginya, me­nelusuri beberapa sekolah kota di Jepang. Raut wajahnya nan cerah menyambut Haluan di kediamannya Komplek Cen­dana Lubuk Buaya.

Dia adalah salah satu dari orang enam orang Indonesia yang beruntung mengikuti pelatihan yang diselengarakan oleh Jepan International Cor­porate Agency (JICA), sebuah lembaga Internasional Jepang, yang konsen dalam pem­be­nahan pendidikan.

Habibul Fuadi dan ka­wannya berangkat tanggal 8-22 Oktober lalu untuk di training, mereka kuliah bersama para pakar pendidikan Jepang, diberikan penjelasan dan diajak berkeliling pada tujuh sekolah ternama yang ada di jepang, terkait bagaimana Jepang menerapkan sistem pendidikan.

Saat ini, Program yang dijalankan JICA sendiri sudah jalan tahun ketiga, kerjasama tersebut terjalin antara Jepang dan Negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Menurut Habibul Fuadi, program Listen Study yang di terapkan pada pendidikan Jepang, merupakan kunci yang membut pendidikan mereka dapat berkembang dengan cepat. Listen study merupakan salah satu program yang dapat disebut dengan managemen hak belajar setiap murid.

Maksudnya adalah, setiap guru wajib memberikan per­hatian khusus bagi setiap murid, dengan memantau setiap per­kembangannya. Guru di­wa­jibkan mengamati murid-muridnya, mencari tahu apa­kah murid tersebut sudah belajar sesuai dengan harapan, atau masih belum memenuhi kriteria yang diharapkan.

“Selama saya berkunjung ke beberapa sekolah Jepang, para guru memang lebih men­dorong siswa agar aktif ber­diskusi dengan siswa yang lain, cara ini lebih dikenal dengan sebutan Colaboratif Learning. Para guru hanya lebih dite­kankan memperhatikan per­kembangan siswa,” katanya.

Di SMP Ushiko Johnam Tokyo, bahkan telah me­nerapkan Community Lear­ning. Maksudnya ada­lah, pada waktu-waktu tertentu proses belajar mengajar antara guru dan murid dapat dilihat oleh para wali murid, dan siapa saja yang berkeinginan melihat. Bahkan, pihak sekolah mengun­dang secara khusus para orang tua murid pada hari itu.

Semua dikelola oleh pihak sekolah, dari mulai program pembelajaran hingga makanan yang dikomsumsi oleh para siswa ketika istirahat. “ Saya tidak menemukan di sana jajanan lepas seperti di sekolah-sekolah kita disini. yang paling mengesankan bagi saya, dan kawan-kawan selama ber­kunjung di sekolah-sekolah jepang tersebut adalah, ter­jalinnya kedekatan antara murid dan gurunya. Ungkap Habibul Fuadi.

Dalam training tersebut, dari enam orang peserta In­donesia, Ikut bersamanya Darmalis kepala sekolah SMP 1 Padang, sebagai kawan yang mewakili peserta dari wilayah Indonesia bagian barat.

Mengawali karir sebagai guru Biologi, Habibul Fuadi Kini menjabat sebagai Kabid luar sekolah pada Dinas Pen­didikan kota Padang.(h/yat)

Selasa, 15 November 2011

PULUHAN SISWA SMA ADABIAH KESURUPAN

Selasa, 15 November 2011 02:25

PADANG HALUAN—Ratusan civitas akdemik Adabiah yang sedang mengikuti proses belajar mengajar, dikejutkan dengan puluhan siswa yang mengalami kesurupan.

Esto, salah saeorang murid yang berada di tempat kejadian mengatakan, peristiwa tersebut terjadi antara pukul 09:00 WIB hingga pukul 11:00 WIB. Kejadian berawal ketika seorang siswi SMA meronta-ronta. Orang-orang dilingkungan sekolah tidak menyangka, bahwa siswi tersebut kesurupan. Setelah didekati, ternyata mata siswa tersebut menunjukkan ia dalam keadan tidak sadar.

Kemudian siswa yang lain memeberitahukan kepada majelis guru dan guru segara menghampirinya. Setelah melihat gelagat tidak normal dari siswa ini, pihak guru langsung memberikan pertolongan. “Tangannya dipegangi teman-teman, tidak beberapa lama, siswa tersebut semakin liar dan meronta-ronta lebih keras,” kata Esto.

Esto menambahkan, karena sudah tidak memperlihatkan tanda-tanda kesadarannya, dan semakin tidak bisa dikendalikan. Siswa tersebut dilarikan ke masjid Yayasan Adabiah, yang berada tidak terlalu jauh dari gedung SMA.

Peristiwa tersebut memancing para siswa SMA Adabiah yang lain histeris. Akbitnya, siswa yang ikut larut dengan kejadian dan malah ikut kesurupan. Seolah seperti virus yang menyebar, dari satu orang siswa, hingga menyebankan puluhan siswa yang lain juga kesurupan.

Karena sudah tidak bisa dikendalikan, akhirnya pihak sekolah memutuskan untuk memulangkan siswa SMA Adabiah pukul 10:00 WIB. Dari sekian banyak siswa yang kesurupan, tidak seorangpun diantara mereka yang laki-laki.

Menurut perhitungan Esto, ada sekitar 25 orang siswi perempuan yang kesurupan, “Saya tidak mengetahui apa penyebabnya. Terakhir, pukul 11:00 WIB, ada seorang yang baru sadar, semua siswa yang kesurupan di obati di masjid sekolah,” katanya.

Sementara itu, Ahong, teknisi yang sudah bekerja tahunan di Yayasan Adabiah, peristiwa kesurupan yang dialami para siswa, memang baru kali ini. Sepengetahuannya, kejadian seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Ia berharap para siswa mendekatkan diri pada Allah SWT. “Kiranya dengan men­dekatkan diri pada Allah, gangguan jin dapat dihindari,” katanya. (h/yat)

MENGENANG 10 NOVEMBER

SUTAN SOFIAN

Walaupun sudah berusia cukup lanjut H Sutan Sofian Idris masih sangat mengingat peristiwa 10 November 1945. Baginya, peris­tiwa tersebut me­rupakan contoh bagi pe­muda saat ini. Atas keberanian para pe­juang, kemerdekaan yang sudah berada ditangan bangsa Indonesia dapat di­per­tahankan.

Sebagai seorang pensiunan militer, dia sangat paham apa yang seharusnya di­lakukan bangsa ini. Baginya, bangsa yang besar adalah, bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya.

Menurut Sofian, terpilihnya Syafruddin Pra­wira Negara, dan Buya Hamka sebagai pahlawan nasional, merupakan berita yang cukup baik. tapi dia menilai, masih bayak tokoh Sumbar yang lain yang juga patut untuk diperjuangkan menjadi pahlawan na­sional.

“Kita memang sudah mulai lupa dengan sejarah, ada bayak hal tidak diketahui masya­­rakat pada saat ini . Pertama dari se­mbilan orang yang merumuskan UUD Dasar 1945, tiga orang diantarnya adalah orang Minang. Antara lain, Muhammad Hatta, Muhammad Yamin, dan H Agus Salim. Arti­nya, 33 persen tokoh sumatera barat me­nyumbang peletakan dasar negara ini.

Kedua, tiga orang penggagas Pancasila, Soharto, M Yamin, Supomo. Dari tiga orang tersebut, satu di ataranya adalah putera Minang. Ini artinya, 33 persen meletakkan dasar idiologi bangsa ini disumbangkan putera Minang. Ketiga. Coba anda katakan siapa pengagas utama teks proklamasi ke­merdekaan Indonesia? “Soekarno dan Hatta”, ini artinya 50 persen dari lahirnaya teks prokla­misi merupakan sumbangan pemuda Minang.

Ketika itu jumlah penduduk Indonesia sekitar 10 juta, dan jumlah penduduk Sumbar kurang dari 1. Dapat disimpulkan, masyarakat Minang yang hanya berjumlah yang minim mampu berkontribusi besar bagi 10 juta penduduk In­donesia.

“Harapan saya, bagi para pemuda, khusunya para pemuda Minang, mari kita kembali mem­balik-balik lagi buku sejarah. Dengan hal tersebut diharapkan mereka paham betapa strategisnya posisi pemuda minang pada zaman perjuangan bagi Indonesia. Saat ini, Sofian Idris meng­habiskan hari tuanya sebagai pengawas di SPBU Suka Indonusa Jl Khatib Sulaiman Padang. (h/yat)